Blogger Widgets Septian Ari Atmojo: Tugas ke2 Psikoterapi

Minggu, 17 April 2016

Tugas ke2 Psikoterapi


Terapi Humanistik Eksistensialis
1.    Konsep Dasar

·         Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata sehingga memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
·         Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia.
·         Penciptaan makna
Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi, depersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri, yaitu mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya.

2.   Unsur-unsur terapi

·         munculnya gangguan

Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.

·         Tujuan Terapi

Ø  Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
Ø  Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien     menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
Ø  Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.

·         Peran Terapis

Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut:
a.    Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
b.    Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
c.    Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
d.    Berorientasi pada pertumbuhan
e.    Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
f.    Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
g.    Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
h.    Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
i.     Bekerja kea rah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.


3.   Teknik-teknik terapi

Sepanjang proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif menantang dan memahami klien. Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
a.    Penerimaan
b.    Rasa hormat
c.    Memahami
d.    Menentramkan
e.    Memberi dorongan
f.    Pertanyaan terbatas
g.    Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
h.    Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
i.     Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna


Person Centered Therapy (Rogers)

1.     Konsep dasar

Carl Ransom Rogers (1961), seorang tokoh utama dalam penciptaan psikologi humanistik, membangun teori dan praktek terapinya di atas konsep tentang “pribadi yang berfungsi penuh”. Carl R. Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metoda terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan, bimbingan, dan pekerja sosial. Pandangan client centered tentang sifat manusia menolak konsep tentang kecenderungan-kecenderungan negative dasar. Sementara beberapa pendekatan beranggapan bahwa manusia menurut kodratnya adalah irasional dan berkecenderungan merusak terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain kecuali jika telah menjalani sosialisasi. Rogers menunjukan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia terisolasi dan bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam.

2.    Unsur-unsur Terapi

·         Munculnya Gangguan

Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
Teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.

·         Tujuan Terapi

Terapi terpusat pada klien yang dikembangkan oleh Carl R Rogers pada tahun 1942 bertujuan untuk membina kepribadian klien secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri. Kepribadian yang integral adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai antara gambaran diri yang ideal (ideal-self) dengan kenyataan diri sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri sendiri atas dasar tanggung jawab dan kemampuan. Tidak bergantung pada orang lain. Sebelum menentukan pilihan tentu individu harus memahami dirinya (kekuatan dan kelemahan diri) dan kemudian keadaan diri tersebut harus ia terima.

·         Peran Terapis

Carl Rogers terkenal dengan kontribusinya terhadap metode terapi. Terapi yang dia praktikan memiliki dua nama yang sama-sama dia pakai. Awalnya dia menyebut metodenya dengan non-direktif, sebab dia berpendapat seorang terapis tidak seharusnya tidak mengarahkan kliennya, akan tetapi membebaskan klien mengarahkan sendiri ke mana terapi akan berujung. Semakin banyak pengalaman yang dia peroleh selama terapi, seorang terapis akan semakin menyadari bahwa dia masih tetap memiliki pengaruh pada kliennya justsru karena dia sama sekali tidak mengarahkannya. Kemudian Rogers mengganti istilah ini dengan metode yang terpusat pada klien. Dia tetap menganggap klienlah yang seharusnya menyatakan apa yang salah pada dirinya, berusaha memperbaikinya sendiri, dan menentukan kesimpulan apa yang akan dihasilkan proses terapi-terapi ini akan tetap “terpusat pada klien” meskipun dia menyadari betul pengaruh terapis terhadap dirinya. Salah satu ungkapan yang dipakai Rogers dalam menggambarkan bagaimana cara kerja metode terapinya ini adalah “berusahalah mendorong dan mendukung, jangan mencoba merekonstruksi”, dan dia juga mencontohkan dengan proses belajar mengendarai sepeda. Satu-satunya teknik yang dikemukakan Rogers untuk menjalankan metode tersebut adalah refleksi. Refleksi adalah pemantulan komunikasi perasaan. Kalau klien berkata saya merasa tidak berguna, maka si terapi bisa memantulkan hal ini kembali pada klien .

3.   Teknik Terapi

Penekanan masalah ini adalah dalam hal filosofis dan sikap konselor ketimbang teknik, dan mengutamakan hubungan konseling ketimbang perkataan dan perbuatan konselor. Implementasi teknik konseling didasari oleh paham filsafat dan sikap konselor tersebut. Karena itu teknik konseling Rogers berkisar antara lain pada cara-cara penerimaan pernyataan dan komunikasi, menghargai orang lain dan memahaminya (klien). Karena itu dalam teknik amat digunakan sifat-sifat konselor berikut:
a.       Acceptance artinya konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan segala masalahnya. Jadi sikap konselor adalah menerima secara netral.
b.      Congruence artinya karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan dan konsisten.
c.       Understanding artinya konselor harus dapat secara akurat dan memahami secara empati dunia klien sebagaimana dilihat dari dalam diri klien itu.
d.      Nonjudgemental artinya tidak member penilaian terhadap klien, akan tetapi konselor selalu objektif.






Logo Terapi

1.    Konsep dasar

·         Kebebasan berkehendak (Freedom of Will)

Dalam pandangan Logoterapi manusia adalah mahluk yang istimewa karena mempunyaikebebasan. Kebebasan disini bukanlah kebebasan yang mutlak, tetapi kebebasan yangbertanggungjawab. Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari (freedom from) kondisi-kondisi biologis, psikologis dan sosiokultural tetapi lebih kepada kebebasan untuk mengambil sikap (freedom to take a stand) atas kondisi-kondisi tersebut. Kelebihan manusiayang lain adalah kemampuan untuk mengambil jarak (to detach) terhadap kondisi di luar dirinya, bahkan manusia juga mempunyai kemampuan-kemampuan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri (self detachment ). Kemampuan-kemampuan inilah yang kemudian
membuat manusia disebut sebagai “the self deteming being” yang berarti manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalamhidupnya.

·         Kehendak Hidup Bermakna (The Will to Meaning)

Menurut Frankl, motivasi hidup manusia yang utama adalah mencari makna. Ini berbedadengan psikoanalisa yang memandang manusia adalah pencari kesenangan atau jugapandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurutlogoterapi ( Koeswara, 1992 ) bahwa kesenangan adalah efek dari pemenuhan makna,sedangkan kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna itu. Mengenal makna itu sendiri menurut Frankl bersifat menarik (to pull) dan menawari (to offer) bukannyamendorong (to push). Karena sifatnya menarik itu maka individu termotivasi untuk memenuhinya agar ia menjadi individu yang bermakna dengan berbagai kegiatan yang saratdengan makna.

·         Makna Hidup (The Meaning Of Life)

Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan sertamemberikan nilai khusus bagi seseorang ( Bastaman, 1996 ). Untuk tujuan praktis maknahidup dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda antara manusia satudengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang pentingbukan makna hidup secara umum, melainkan makna khusus dari hidup seseorang pada suatusaat tertentu. Setiap manusia memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan tugas khusus.Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang.Karena itu, manusia memiliki tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikantugasnya (Frankl, 2004).



2.     Unsur-unsur terapi

Tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
·         memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada padasetiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
·         menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dandiabaikan bahkan terlupakan;
·         memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mamputegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.

3. Teknik-teknik terapi
·         Intensi Paradoksikal
Teknik intensi paradoksikal adalah teknik dimana klien diajak melakukan sesuatu yang paradoks dengan sikap klien terhadap situasi yang dialami. Jadi klien diajak mendekati dan mengejek sesuatu (gejala) dan bukan menghindarinya atau melawannya. Teknik ini pada dasarnya bertujuan lebih daripada perubahan pola-pola tingkah laku. Lebih baik dikatakan suatu reorientasi eksistensial. Menurut logoterapi disebut antagonisme psikonoetik yang mengacu pada kapasitas manusia untuk melepaskan atau memisahkan dirinya tidak hanya dari dunia, tetapi juga dari dirinya sendiri.



·         Derefleksi
Frankl (dalam Semiun, 2006) percaya, bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berasal dari perhatian yang terlalu fokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Dengan teknik tersebut, klien diberi kemungkinan untuk mengabaikan neurosisnya dan memusatkan perhatian pada sesuatu yang terlepas dari dirinya.

·         Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani adalah metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan, atau dalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya, dalam rangka menemukan makna di balik penderitaan tersebut.





CONTOH KASUS

Brian seorang mahasiswa, mungkin melihat dirinya sebagai Insinyur masa depan, tetapi  nilainya yang dikeluarkan dari sekolah ternyata dibawah rata-rata. Perbedaan antara dengan apa Leon melihat dirinya (konsep diri) atau bagaimana ia ingin melihat dia (ideal konsep diri) dan realitas kinerja akademis yang buruk dapat menyebabkan kegelisahan dan kerentanan pribadi, yang dapat memberikan motivasi yang diperlukan untuk masuk terapi. Brian harus melihat bahwa ada masalah atau, setidaknya bahwa ia tidak cukup nyaman untuk menghadapi penyesuaian psikologis untuk mengeksplorasi kemungkinan untuk perubahan.

Konseling berlangsung, klien dapat mengeksplorasi lebih luas keyakinannya dan perasaan. Mereka dapat mengekspresikan ketakutan mereka, rasa bersalah kecemasan, malu, kebencian, kemarahan, dan lain sebagainya. emosi telah dianggap terlalu negatif untuk menerima dan memasukkan ke dalam diri mereka. Dengan terapi, orang distortir kurang dan pindah ke penerimaan yang lebih besar dan integrasi perasaan yang saling bertentangan dan membingungkan. Mereka semakin menemukan aspek dalam diri mereka yang telah disimpan tersembunyi.

Sebagai klien merasa dimengerti dan diterima, mereka menjadi kurang defensif dan menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman mereka. Karena mereka merasa lebih aman dan kurang rentan, mereka menjadi lebih realistis, menganggap orang lain dengan akurasi yang lebih besar, dan menjadi lebih mampu untuk memahami dan menerima orang lain. Individu dalam terapi datang untuk menghargai diri mereka lebih seperti mereka, dan perilaku mereka menunjukkan lebih banyak fleksibilitas dan kreativitas. Mereka menjadi kurang peduli tentang memenuhi harapan orang lain, dan dengan demikian mulai berperilaku dengan cara yang lebih benar untuk diri mereka sendiri. Mereka bergerak ke arah yang lebih berhubungan dengan apa yang mereka alami pada saat ini, kurang terikat oleh masa lalu, kurang ditentukan, lebih bebas untuk membuat keputusan, dan semakin percaya diri masuk untuk mengelola kehidupan mereka sendiri.


Dari contoh kasus Brian dapat diambil kesimpukan bahwa salah satu alasan klien mencari terapi adalah perasaan tidak berdaya dasar, dan ketidakmampuan untuk membuat keputusan atau secara efektif mengarahkan hidup mereka sendiri. Mereka mungkin berharap untuk menemukan “jalan” melalui bimbingan terapis. Dalam kerangka orang-terpusat, namun klien segera belajar bahwa mereka dapat bertanggung jawab untuk diri mereka sendiri dalam hubungan dan bahwa mereka dapat belajar menjadi lebih bebas dengan menggunakan hubungan untuk mendapatkan diri yang lebih besar pemahaman.


Sumber:
Bastaman, Djumhana, dkk. (1995). Integrasi Psikologi dengan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
books.google.com/books?isbn=9794159239
Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar